HALO TEMAN!!!!

Saat seseorang merasa nasibnya malang maka saat itulah awal kejatuhannya. KEEP FIGHT!

Sabtu, 07 Februari 2015

Kala Kita Duduk Bersama



Kau dan aku duduk bersama di bawah sinar kemerahan senja. Tak ada yang bicara. Di tengah kesunyian kita, hanya terdengar debur ombak menggerus karang. Aku tak peduli pada dunia, seperti kau tak peduli pada kehadiranku.
Masih tercium bau anyir dari tanganmu. Meski sudah berkali-kali kau basuh, tapi hanya noda merah itu yang hilang tertelan lautan. Kau sudah berusaha melenyapkannya. Aku pun sudah berusaha membantumu. Tapi, kita tak berdaya. Anyir itu telah menjadi bagian diri kita.
Kau tatap semburat terakhir senja. Berdecak. Sudah lama kau campakkan rasa bersalah. Tapi, rasa bersalah itu masih tersisa dalam diriku. Saat Sang Mentari menenggelamkan diri di ufuk sana, kau berdiri. Kau raih pisau bersimbah darah yang tergeletak di atas pasir hitam. Sudah kucoba menjauhkanmu dari benda itu. Tapi... Kenapa kau tetap mengambilnya?  tanyaku.
Kau menyeringai. Hanya seringaian yang kau berikan sebagai jawaban pertanyaanku. Kau melangkah pergi. Yang bisa kulakukan hanya mengikutimu. Tak ada pilihan lain. Tubuh kita kaulah pengendalinya. Aku sudah tak berhak. Kesempatanku sebagai pengendali sudah sirna sejak kau tusuk lapisan daging manusia hingga menembus organnya. Kini, aku hanya puing-puing hatimu. Puing yang makin hancur seiring bertambahnya darah di pisau yang kau genggam.

Yogyakarta, 22 April 2014
Adhiati AP