HALO TEMAN!!!!

Saat seseorang merasa nasibnya malang maka saat itulah awal kejatuhannya. KEEP FIGHT!

Jumat, 19 Juni 2015

Hujan dan Si Kucing Tua

Hujan turun deras meski sinar yang dibagi mentari belum sepenuhnya padam. Angin bertiup kencang menggoyangkan dahan-dahan. Dalam waktu sngkat sinar mentari mengalah, memberikan tempatnya pada kegelapan. Angin terkadang memelankan lajunya, biarpun tak jarang menerjang pepohonan.
Hujan turun kian deras, seakan sudah ada sejak lama. Tanah yang tadinya kering kerontang kini terlapisi air hujan yang mengalir mencari jati diri. Suara guntur mulai terdengar, mungkin mewakili kekhawatiran.
Hujan, angin, kilat, dan guntur, kolaborasi alam nan sempurna. Aku kagum dalam suasana yang mencekam ini. Tetesan air mungkin berkurang, serbuan angn mungkin berhenti, tapi suara sang guntur tetap menggelegar.
Air mulai jarang menetes biarpun angin tetap berhembus. Tapi, suara guntur yang terdengar dan langit yang tak kunjung terang seakan memastikan keadaan mencekam ini tak akan cepat selesai.
Ternyata tak hanya aku yang menyadari keadaan alam ini. Kucing kampung tua yang kotor tak lagi meneruskan upayanya mengejar kucing ruah betina milikku. Tak henti-hentinya ia menatap langit yang gelap. Ah tidak. Kurasa hujan tak mengagumkan baginya. Lewat tatapan yang tetap terpada pada tirai hujan, aku tahu ia memendam ketidaksukaan. Ia membenci hujan, mungkin, karena hujan membelainya dengan tangan dingin.
Perlahan kucing tua itu bergerak hendak pergi dari keteduhan teras karena hujan mulai berhenti turun, tapi sebelum ia sempat melangkah, tetesan hujan seakan ingin mengejeknya dengan terjun bebas dari langit yang mendung dengan kecepatan penuh.
Kucing itu kembali duduk, membuat dirinya sekicil mungkin untuk menghangatkan diri, ujung-ujung bibirnya tertarik ke atas seakan ingin menertawakan kekejaman hujan padanya.
Angin berhenti bertiup, tapi hujan dan guntur tetap beraksi.
Si kucing tua sudah tak mau lagi peduli. Dengan bantuan bantalan yang menyembunyikan kuku-kuku kejamnya, dia berias diri. Ya, mungkin kebenciannya pada hujan tidak akan berhenti di sini, tapi selesai untuk kali ini. Mungkin seharusnya aku juga begitu, berhenti mengagumi untuk saat ini dan memulainya lain kali.

Walang, 12 Januari 2012